Sabtu, 21 Desember 2013

ASKEP MASTOIDITIS

MASTOIDITIS A.Pengertian Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis media kronik dapat dibagi menjadi dua, aktif dan inaktif. Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga atau otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi. Inaktif merujuk pada sekuele dari infeksi aktif terdahulu yang telah terbakar habis, dengan demikian tidak ada otorrhoe. Pasien dengan otitis media kronik inaktif seringkali mengeluh gangguan pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga. Mastoiditis adalah infeksi akut dan kronik yang mengenai mukosa dan sel – sel mastoid, yang merupakan kelanjutan dari proses Otitis media akut supuratif yang tidak teratasi. Karena telinga tengah berhubungan dengan mastoid, maka otitis media kronik sering kali disertai mastoiditis kronik. B.Etiologi Otitis media kronik dan mastoiditis disebabkan oleh kuman-kuman aerob dan anaerob, yaitu : 1.Kuman aerob Positif gram : S. Pyogenes, S. Albus Negatif Gram : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli. 2.Kuman anaerob : Bakteroides spp C.Tanda dan Gejala Otitis media kronik aktif berarti adanya pengeluaran sekret dari telinga. Otorrhoe dan supurasi kronik telinga tengah dapat menunjukkan pada pemeriksaan pertama sifat-sifat dari proses patologi yang mendasarinya. Umumnya otorrhoe pada otitis medi kronik bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangannya. Gejala otitis media kronik dan mastoiditi kronik yang penting lainnya adalah gangguan pendengaran, yang biasanya konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita supurasi telinga tengah kronik, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Vertigo pada pasien dengan penyakit telinga tengah kronik memberi kesan erosi pada kanalis semisirkularis horisontalis. D.Diagnosis 1.Anamnesis Otorea terus menerus / kumat – kumatan lebih dari 6 – 8 minggu Pendengaran menurun (Tuli). 2.Pemeriksaan a.Tipe tubotimpanal (Hipertrofi, benigna). Perforasi sentral Mukosa menebal Audiogram: Tuli konduktif dengan “air bone gab” sebesar kl 30 dB X – foto mastoid : Sklerotik b.Tipe degeneratif. Perforasi sentral besar Granulasi atau polip pada mukosa kavum timpani Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan penurunan 50 – 60 dB X-foto mastoid : sklerotik c.Tipe metaplastik (atikoantral, maligna). Perforasi atik atau marginal Terdapat kolesteatom Desttruksi tulang pada margotimpani Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan penurunan 60 dB atau lebih. X- foto mastoid : sklerotik/rongga. d.Tipe campuran (degeneratif, metaplastik). a)Perforasi marginal besar atau total b)Granulasi dan kolesteatom c)Audiogram : tuli konuktif / campuran dengan penurunan 60 dB atau lebih d)X- foto mastoid : sklerotik / rongga. E. Patofisiologi Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit. Menurut Iskandar, H. Nurbaiti,dkk, (1997), patofisiologi dari mastoiditis adalah: Keradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media supuratif akut dapat menjalar ke mukosa antrum mastroid. Bila terjadi gangguan pengaliran sekret melalui aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan sekret di antrum sehingga terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel – sel mastoid. Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang. 1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani. 2. Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya. 3. Endogen : alergi, DM, TBC paru. patofisiologi dari mastoditis adalah : Seperti pada kebanyakan proses menular, Microbial host dan mempertimbangkan faktor-faktor dalam evaluasi mastoiditis akut. Host faktor termasuk mucosal imunologi, sementara tulang anatomi, dan sistemik imunitas, sedangkan Microbial faktor termasuk lapisan pelindung, antimicrobial tahan, dan kemampuan yang pathogen menembus ke jaringan lokal atau kapal (yakni, invasi jenis). 1. Host faktor Sebagian besar anak-anak dengan mastoiditis akut yang lebih muda dari 2 tahun dan ada sedikit sejarah yg di atas otitis media. Pada usia ini, sistem kekebalan yang relatif belum dewasa, terutama dalam hal-nya kemampuan untuk menanggapi tantangan dari polysaccharide antigens. 2. Anatomi Mastoid yang berkembang dari outpouching sempit dari belakang epitympanum dinamakan aditus iklan antrum. Pneumatization berlangsung sesaat setelah melahirkan, setelah menjadi telinga yg bercampur dgn udara. Proses ini selesai pada saat seorang individu yang berusia 10 tahun. Mastoid udara sel dibuat oleh invasi dari epithelial berkerut sacs antara spicules baru dan tulang oleh degenerasi dan redifferentiation sumsum tulang yang ada spasi. Daerah lain yang sementara tulang, termasuk kaku dan apex zygomatic akar, pneumatize mirip. The antrum, mirip dengan sel udara mastoid, berkerut adalah dengan respiratory epithelium yang swells di hadapan infeksi. Blockage dari antrum oleh inflamed mucosa entraps infeksi di udara sel oleh inhibiting drainase dan precluding kembali aeration dari tengah-sisi telinga. Mastoid yang dikelilingi oleh burit berhubung dgn tengkorak lekuk, di tengah berhubung dgn tengkorak lekuk, di kanal yang facial nerve, yang sigmoid dan lateral sinuses, dan kaku yang sementara ujung tulang. Mastoiditis dapat melongsorkan melalui antrum dan memperpanjang atas situs menyebelah di atas, menyebabkan klinis signifikan sifat mudah kena sakit dan penyakit mengancam hidup. 3. Pergabungan Persistent infeksi akut dalam rongga mastoid dapat mengakibatkan rarifying osteitis, yang menghapuskan trabeculae bertulang yang membentuk sel mastoid; karena itu, istilah coalescent mastoiditis digunakan. Coalescent mastoiditis pada dasarnya adalah sebuah empyema dari keduniaan tulang itu, kecuali dengan kemajuan yang ditangkap, baik melalui alam habis antrum menyebabkan spontan resolusi atau habis unnaturally ke permukaan mastoid, kaku apex, intracranial atau ruang untuk membuat komplikasi lebih lanjut. Lainnya sementara tulang atau dekat struktur, seperti facial nerve, labirin, atau berkenaan dgn urat darah halus sinuses, dapat melibatkan diri. Mastoiditis dapat ditangkap pada titik apapun. Itu berlangsung dalam 5 tahapan, yaitu: 1. Tahap 1 - Hyperemia dari mucosal lining dari sel udara mastoid 2. Tahap 2 - Transudation dan pengeluaran dari cairan dan / atau nanah di dalam sel 3. Tahap 3 - kebekuan tulang yang disebabkan oleh hilangnya vascularity yang septa 4. Tahap 4 - Cell dinding dengan kerugian peleburan menjadi abscess cavities 5. Tahap 5 - Ekstensi dari kobaran proses ke daerah berdekatan Menurut H. Nurbaiti Iskandar (1997), patofisiologi dari mastoiditis adalah : Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang. 1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani. 2. Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya. 3. Endogen : alergi, DM, TBC paru. F.Penyulit 1.Abses retroairkula 2.Paresis atau paralisis syaraf fasialis 3.Komplikasi intrakranial : Meningitis Abses ekstradural Abses otak G.Terapi 1.Tipe tubetimpanal stadium aktif: Anti biotik : Ampisilin / Amoksilin, (3-4 X 500 mg oral) atau klidomisin (3 X 150 – 300 mg oral) Per hari selama 5 –7 hari Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya Perawatan lokal dengan perhidoral 3% dan tetes telinga (Klora menikol 1- 2%) Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi Pada stadium tenang (kering) di lakukan miringoplastik. ICOPIM. 2.Tipe degeneratif : Atikoantrotomi (5.203) Timpanoplastik (5.195) 3.Tipe meta plastik / campuran Mastoidektomi radikal (5.203) Mastoidektomi radikal dan rekonstruksi. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PENDERITA OTITIS MEDIA KRONIK DAN MASTOIDITIS A.PENGKAJIAN Pengumpulan data 1.Riwayat a.Identitas Pasien b.Riwayat adanya kelainan nyeri c.Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang d.Riwayat alergi e.OMA berkurang 2.Pengkajian Fisik a.Nyeri telinga b.Perasaan penuh dan penurunan pendengaran c.Suhu Meningkat d.Malaise e.Nausea Vomiting f.Vertigo g.Ortore h.Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium 3.Pengkajian Psikososial a.Nyeri otore berpengaruh pada interaksi b.Aktifitas terbatas c.Takut menghadapi tindakan pembedahan 4.Pemeriksaan Laboratorium 5.pemeriksaan Diagnostik a.Tes Audiometri : pendengaran menurun b.X ray : terhadap kondisi patologi Misal : Cholesteatoma, kekaburan mastoid 6.Pemeriksaan pendengaran a.Tes suara bisikan b.Tes garputala B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan 2.Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran 3.Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di saraf pendengaran. 4.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi. Diagnosa Keperawatan 1 Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan Tujuan Nyeri yang dirasakan klien berkurang Kriteria hasil Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri berkurang. Klien mampu melakukan metode pengalihan suasana. Intervensi Keperawatan 1.Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang. Rasional : Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien. 2.Kompres dingin di sekitar area telinga Rasional : Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan oleh rasa dingin disekitar area telinga. 3.Atur posisi klien Rasional : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa lebih nyaman. 4.Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruki, beri sedatif sesuai indikasi Rasional : Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam. Diagnosa Keperawatan 2 Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran. Tujuan Gangguan komunikasi berkurang / hilang. Kriteria hasil Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai). Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik. Intervensi Keperawatan : 1.Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, bahasa isyarat. Rasional : Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien. 2.Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal. a.Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras). 1)Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu. 2)Dekati klien dari sisi telinga yang baik. b.Jika klien dapat membaca ucapan : 1)Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas. 2)Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda. c.Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien. 1)Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis. 2)Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya. d.Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah. Rasional : Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien. 3.Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman. a.Bicara dengan jelas, menghadap individu. b.Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan. c.Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi. d.Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak. Rasional : Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat. Diagnosa Keperawatan 3 Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di saraf pendengaran. Tujuan Persepsi / sensoris baik. Kriteria hasil Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional. Intervensi Keperawatan : 1.Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat. Rasional : Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat. 2.Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh. Rasional : Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi. 3.Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut. Rasional : Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen. 4.Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal). Rasional : Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut. Diagnosa Keperawatan 4 Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi. Tujuan Rasa cemas klien akan berkurang/hilang. Kriteria hasil Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekhawatirannya. Intervensi Keperawatan : 1.Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi. Rasional : Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya. 2.Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien. Rasional : Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien. 3.Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien. Rasional : Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi. C.PENATALAKSANAAN Biasanya gejala umum berhasil, diatasi dengan pemberian antibiotik, kadang diperlukan miringotomi. Jika terdapat kekambuhan akibat nyeri tekan persisten, demam, sakit kepala, dan telinga mungkin perlu dilakukan mastoidektomi. TatalaksanaPengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid. Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang normal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar