Sabtu, 21 Desember 2013

TRAUMA CAPITIS / TRAUMA CRANIOCEREBRAL

TRAUMA CAPITIS / TRAUMA CRANIOCEREBRAL atau CEDERA KEPALA By. Ns. Hasrat Jaya Ziliwu, S.Kep PENGERTIAN Trauma capitis merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Disamping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada tempat benturan, beberapa milidetik akan terjadi depresi maksimal dan diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti commosio dan contusio, edema otak, perdarahan atau laserasi dengan derajat yang bervariasi, tergantung pada luas daerah trauma. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat klien tiba di rumah sakit. ETIOLOGI Penyebab cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan, morfologi dan kejadiannya cedera antara lain : 1. Mekanisme berdasarkan adanya penetrasi duramater a. Trauma tumpul kecepatan tinggi dan kecepatan rendah b. Trauma tembus luka tembak, tertusuk, dsb 2. Keparahannya a. Ringan GCS 14 – 15 b. Sedang GCS 9 – 13 c. Berat GCS 3 – 8 3. Morfologi a. Fraktur tengkorak kranium dan basis b. Lesi intrakranial fokal (epidural, subdural, intracerebral) dan difus (konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus) 4. Kejadiannya a. Trauma primer benturan langsung dan benturan tidak langsung (akselerasi/deselerasi otak) b. Trauma sekunder trauma syaraf melalui akson yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoxia, hipercapnia atau hipotensi sistemik KLASIFIKASI TRAUMA KAPITIS Secara umum, trauma kapitis diklasifikasikan menjadi 2 bentuk, yaitu : 1. Trauma kepala tertutup Jenis-jenis trauma kepala tertutup antara lain : a. Comosio cerebri (gegar otak) Gangguan fungsi cerebral sementara berupa kesadaran menurun (pingsan/coma, amnesia retrograd singkat), tanpa adanya laserasi cerebri, mengalami coma kurang dari 20 menit, cacat otak tidak ada dan perawatan di rumah sakit kurang dari 48 jam. b. Contusio cerebri (memar otak) Apabila terjadi laserasi cerebri, yang ditandai oleh kesadaran turun yang lebih lama, defisit neurologis seperti hemiparesis, kelumpuhan syaraf otak, refleks abnormal, twitching, konvulsi, delirium dan CSF berdarah serta EEG abnormal. 1 c. Edema cerebri traumatic Apabila dalam pengamatan lanjut terdapat tanda-tanda penurunan keadaan umum klien, misalnya kesadaran yang turun lambat atau tidak membaik dalam waktu antara 3-7 hari, disertai tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial berupa edema papil, nyeri kepada makin berat, muntah. d. Hematoma epidural (ektradural) Ditandai oleh adanya penurunan kesadaran yang mulainya lebih lambat (bukan pada detik trauma), defisit neurologis lambat, anisokhor (penekanan batang otak dari jarak jauh oleh masa hemisfer sesisi), bradikardia, tekanan darah meningkat. e. Hematoma subdural Lebih lambat dari hematoma epidural dan bedanya adalah timbulnya edema papil. Nyeri kepala juga menonjol, sedang interval lusid lebih sulit ditemukan. Perdarahan yang terjadi disebabkan oleh pecahnya berpuluh-puluh vena yang berjalan dari tepi duramater sampai piamater atau pecahnya sinus sagitalis superior yang lebih hebat yang menyebabkan hematoma subdural akut. f. Hematoma intracerebri Terjadi bersamaan dengan contusio, sehingga secara umum lebih buruk baik dioperasi maupun tidak. Dorongan yang mengancam terjadinya herniasi otak oleh bekuan darah ditengah otak disertai edema lokal yang hebat. g. Higroma Apabila hematoma diserbu oleh CSF, sehingga mengencer. Dapat terjadi pengumpulan cairan yang berprotein sangat tinggi (hingga 2000 mg%) yang kadang-kadang memerlukan terapi bedah atau aspirasi. 2. Trauma kepada terbuka Untuk trauma kepala terbuka, biasanya diklasifikasikan berdasarkan jenis lukanya, luas permukaan luka, dalamnya penetrasi kebagian proksimal, derajat perdarahan yang terjadi. PATOFISOLOGI Otak dapat berfungsi dengan baik apabila kebutuhan oksigenase dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel syaraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan mengakibatkan gangguan fungsi. Demikian juga dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena akan menimbulkan coma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hypoxia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui metabolisme anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada contusio berat, keadaan hypoxia atau kerusakan otak akan mengakibatkan penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini dapat mengakibatkan asidosis metabolic. Dalam keadaan normal aliran darah cerebral adalah 50 – 60 yang merupakan 15% dari COP. Keadaan cedera kepala sangat berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem metabolisme tubuh dan sistem gastrointestinal. Sebab, itu penanganan secara dini kepada klien dengan trauma kapitis menentukan kehidupan sang klien. Sehingga trauma kapitis seringkali dikategorikan sebagai keadaan darurat sistem neurology. Terminologi yang sering sekali dijumpai pada klien dengan trauma kapitis antara lain : Rhinorrhoe keluarnya liquor melalui hidung Otorrhoe keluarnya liquor melalui telinga Brill hematoma / raccon eye kebiruan - kehitaman disekitar kelopak mata Battle sign warna biru/ekimosis di daerah belakang telinga diatas tulang mastoid Hemotimpanum perdarahan di daerah gendang telinga Periorbital ekimosis mata berwarna hitam tanpa trauma langsung 2 PENATALAKSANAAN Pedoman resusitasi dan penilaian awal 1. Menilai jalan nafas air way 2. Menilai pernafasan breathing 3. Menilai sirkulasi circulation 4. Mengatasi kejang / kovulsi 5. Menilai tingkat keparahan a. Cedera kepala ringan GCS 14 – 15 Tidak ada kehilangan kesadaran misalnya konkulsi Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang Klien dapat mengeluh nyeri kepada dan pusing Klien dapat menderita laserasi atau hematoma kulit kepala b. Cedera kepala sedang GCS 9 – 13 Klien mengalami penurunan kesadaran seperti konkusi Amnesia pasca trauma Mual dan muntah Tanda kemungkinan fraktur kranium battle sign, raccon eye, hemotimpanum, otorrhoe, rhinorrhoe) Kejang / convulsion c. Cedera kepala berat GCS 3 – 8 Penurunan derajat kesadaran secara progresif Tanda neurologis fokal menyeluruh Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium Pedoman penatalaksanaan umum 1. Pada semua klien dengan cedera kepala dan atau leher, anjurkan foto tulang belakang servikal collar sevikal baru dapat dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal normal. 2. pada semua klien cedera kepada sedang – berat, dilakukan prosedur berikut : a. IV line kateter dengan larutan salin normal (NaCl 0,9%) atau cairan Ringer Lactat. b. Pemeriksaan hematokrit, darah perifer lengkap, trombosit, kimia darah, skrining toksikologi dan kadar alkohol bila perlu 3. Mengajurkan untuk pemeriksaan foto rontgen kepala dan atau CT Scan 4. Klien coma (GCS < 8) atau klien dengan tanda-tanda herniasi otak, lakukan tindakan berikut : o a. Elevasi kepada 30 b. Hiperventilasi c. Anjurkan pemberian manitol 20% 1g/kg intravena dalam waktu 20 – 30 mnt d. Pemasangan kateter foley e. Anjurkan konsultasi dokter bedah syaraf bila terdapat indikasi operasi Kriteria perawatan di rumah sakit 1. Adanya perdarahan intrakranial atau fraktur yang tampak pada CT Scan 2. Konvusi, agitasi atau kesadaran menurun 3. Adanya tanda dan gejala neurologis fokal 4. Intoksikasi obat atau alkohol 5. Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati klien di rumah 3 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA CEREBRI PENGKAJIAN 1. Aktifitas / istirahat merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan kesadaran, hemi/quardiparese, letargi, masalah dalam keseimbangan, cedera tulang, kehilangan tonus otot, otot spastik. 2. Sirkulasi perubahan tekanan darah atau normal, perubahan frekwensi jantung 3. Integritas ego perubahan tingkah laku atau kepribadian, cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi, impulsif 4. Eliminasi inkontinesia vesiko urinaria/usus atau mengalami gangguan fungsi 5. Makanan dan cairan mual, muntah dan mengalami perubahan selera, gangguan menelan/disfagia 6. Neurosensori kehilangan kesadaran (durasi), amnesia (durasi), vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada extremitas, perubahan dalam penglihatan, gangguan pengecapan dan juga penghiduan, perubahan status mental bisa sampai coma, perubahan pupil, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah dan tidak seimbang, refleks tendon dalam tidak ada atau lemah, hemi/quadri parese/plegia, kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh 7. Nyeri/Kenyamanan sakit kepala dengan lokasi dan intensitas yang berbeda (biasanya lama), wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa beristirahat, merintih 8. Pernafasan perubahan pola nafas (apnea diselingi oleh hiperventilasi), suara nafas stridor, tersedak, ronkhi dan mengi positif 9. Keamanan trauma baru/trauma karena kecelakaan, faktur/dislokasi, gangguan penglihatan 10. Interaksi sosial masalah bicara dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi. 11. Penyuluhan dan pembelajaran adanya riwayat hipertensi, stroke, pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol. PRIORITAS KEPERAWATAN 1. Memaksimalkan perfusi atau fungsi cerebral 2. Mencegah atau meminimalkan komplikasi 3. Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum terjadi trauma 4. Menyokong proses koping dan pemulihan keluarga 5. Memberikan informasi mengenai proses/prognosis penyakit, rencana tindakan dan sumber daya yang ada TUJUAN PEMULANGAN 1. Fungsi cerebral meningkat ; defisit neurologis dapat diperbaiki atau distabilkan (tidak berkembang lagi) 2. ADL dapat mandiri atau bantuan minimal dari orang lain 3. Keluarga memahami keadaan yang sebenarnya dan dapat terlibat dalam proses pemulihan 4. Proses /prognosis penyakit dan penanganannya dapat dipahami dan mampu mengidentifikasi serta memanfaatkan sumber daya yang tersedia DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perubahan perfusi jaringan cerebral b/d supply aliran darah cerebral terhenti/terhambat (hemoragi/hematoma); edema cerebral; penurunan tekanan darah sistemik (hipovolemia, disritmia) d/d perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memory, perubahan respon motorik/sensorik, gelisah, perubahan tanda vital Kriteria hasil : Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognitif dan fungsi motorik/sensorik Mendemonstrasikan tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial 2. Resiko tinggi tidak efektifnya pola nafas b/d kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernafasan di otak) ; kerusakan persepsi atau kognitif ; obstruksi trakheobronchial Kriteria hasil : Mempertahankan pola pernafasan normal/efektif, bebas sianosis, gas darah arteri dalam batas normal 4 3. Perubahan persepsi sensori b/b perubahan transmisi dan atau integrasi syaraf d/d disorientasi, perubahan dalam respon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perubahan dalam postur, ketidakmampuan untuk memberitahu posisi bagian tubuh (propiosepsi), perubahan pola komunikasi, distorsi auditorius dan visual, dsb. Kriteria hasil : Mempertahankan tingkat kesadaran optimal dan fungsi persepsi Menerima perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu Mendemonstrasikan perubahan perilaku/gaya hidup untuk mengkompensasi 4. Perubahan proses pikir b 5. Kerusakan mobilitas fisik 6. Resti infeksi 7. Perubahan proses keluarga 8. Defisit kowledge 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar